Dindik Jatim Gelar Kelas Pengembangan Keterampilan Siswa SMK Sesuai Kebutuhan Indu
img
  • 475x Dilihat
  • Ekonomi dan Bisnis
  • 27 Jun 2024

mediasurabaya.com, SURABAYA - Dinas Pendidikan Jawa Timur (Dindik Jatim) kembali menggelar program Pengembangan dan Peningkatan Kompetensi Keahlian siswa SMK melalui inisiatif Millennial Incubation for Entrepreneurship and Innovation (Milea). Pada tahun 2024, sebanyak 180 siswa SMK terlibat dalam pelatihan ini yang dibagi menjadi kelas reguler dan kelas Millennial Job Center (MJC).

Kelas reguler menawarkan pelatihan dalam berbagai bidang keterampilan, seperti tata kecantikan, tata boga, teknik pendingin dan tata udara (TPTU), teknik pengelasan, teknik pemesinan, dan teknik otomotif/TBSM. Sementara itu, kelas MJC fokus pada keterampilan di bidang web desain (RPL), desain grafis, animasi gerak, fotografi, dan videografi.

Basuki Rohman, salah satu praktisi yang menjadi instruktur bidang keterampilan TPTU, menjelaskan bahwa materi pelatihan untuk 15 siswa kelas reguler disesuaikan dengan standar Balai Besar Kementerian Tenaga Kerja. "Mereka diajarkan untuk memasang unit AC dengan memperhatikan empat mata angin, sehingga layanan teknisi dan konsumen bisa berjalan dengan baik," ujar Basuki, yang juga merupakan Staff Ahli Divisi Elektrikal dan Refrigrasi PT ANR (Anargya Nusantara Raya Malang).

Basuki menambahkan bahwa pembekalan materi tersebut, yang biasanya memakan waktu 2,5 tahun di sekolah, bisa dipelajari siswa hanya dalam seminggu melalui program inkubator ini. "Kami menghadirkan berbagai kasus dan gangguan umum yang sering dialami masyarakat saat AC mengalami kerusakan," tandasnya.

Kepala Dindik Jatim, Aries Agung Paewai, menyatakan bahwa program inkubator ini digelar selama enam hari, di mana para siswa diasah soft skill dan hard skill sesuai dengan bidang keterampilan yang diminati. Siswa juga mendapatkan pendampingan langsung dari instruktur profesional baik dari DUDI maupun perguruan tinggi.

"Kami ingin menyambung program Pemprov Jatim dalam mengangkat MJC di Bakorwil, sehingga kebutuhan kompetensi siswa linier dengan kebutuhan DUDI termasuk entrepreneurship. Mereka belajar menyiapkan karya secara mandiri yang bisa dipublikasikan dan dijual secara publik," ujar Aries.

Melalui program ini, diharapkan siswa dapat mengimplementasikan dan memperkuat ilmu yang didapat di sekolah. "Instruktur di sini berasal dari dunia kerja, sehingga siswa mendapatkan teori dan praktik yang sesuai dengan kebutuhan saat ini," jelas Aries.

Aries berharap siswa yang mengikuti program inkubator Milea dapat menjadi pionir di sekolahnya dan menyebarkan ilmu yang didapat kepada teman sebayanya. Setelah pelatihan di kelas reguler, siswa akan mengikuti uji sertifikasi yang bekerja sama dengan Lembaga Sertifikasi Kompetensi (LSK) Dirjen Vokasi Kemdikbudristek.

"Kami berharap siswa terus meningkatkan ilmunya agar tidak sia-sia. Program ini melibatkan DUDI dan akademisi, sehingga ilmu yang mereka peroleh bisa terus berkembang," pungkas Aries.

Related Post